Pengelolaan Hutan Rakyat Berbasis Ameliorasi dan Agroforestri di Sekitar Taman Nasional Gunung Halimun Salak Desa Pulosari Jawa Barat

  • Jesika Permatasari
  • Sri Mulyani
  • Iqbal Mahmudin
  • Laily Dwi Arsyianti
Keywords: agroforestri, ameliorasi, KKN-T, pulosari, taman nasional

Abstract

Desa Pulosari bertetangga dengan lahan hutan, intensifikasi lahan pertanian semakin meluas seiring pertumbuhan penduduk yang semakin menambah kebutuhan atas pangan. Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dikonversikan menjadi lahan pertanian. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan kegiatan pengelolaan lahan yang optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam memenuhi kebutuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui teknik ameliorasi dan agroforestri. Program yang diinisiasi pada kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) ini bertujuan untuk membantu masyarakat sasaran dalam mengembangkan lahan miliknya yang berupa hutan rakyat atau hutan tanaman rakyat untuk diintensifkan penggunaannya agar dapat memberikan tambahan penghasilan melalui kegiatan ameliorasi dan agroforestri. Target khusus yang dicapai adalah meningkatkan keterampilan pengelolaan lahan hutan oleh petani dengan mengaplikasikan sistem ameliorasi dan agroforestri pada lahan yang tidak produktif. Tujuan khusus program KKN-T ini diharapkan dapat dicapai melalui pemberdayaan masyarakat Kelompok Tani Sumber Rejeki dengan sasaran kegiatan sosialisasi program kerja ameliorasi dan agroforestri serta pelatihan teknik ameliorasi dan agroforestri kepada petani. Desa Pulosari memiliki lahan pertanian yang sangat luas yaitu sekitar 2.500 ha dengan fokus pertanian semula pada tanaman holtikultura. Petani semakin termotivasi untuk mengaplikasikan ameliorasi dan agroforestri sehingga lahan yang sebelumnya tidak produktif dapat dikembangkan secara produktif dan berkelanjutan.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Adimihardja, A., & Sutono, S. 2005. Teknologi pengendalian erosi lahan berlerang. Prosiding Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Petanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor, 4-5.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Ameliorasi Tanah Gambut Meningkatkan Produksi Padi dan Menekan Gas Emisi. Agrotani. Edisi 6-12 Maret 2018 No 3400 Tahun XLI. Diakses tanggal 10 November 2018.

Foresta HD, Kusworo A, Michon G, Djatmiko WA. 1997. Ketika kebun berupa hutan-Agroforest khas Indonesia-sebuah sumbangan masyarakat. Bogor: ICRAF.

Huxley P. 1999. Tropical Agroforestry. Blackwell Science Ltd, UK.

Hairiah, K., Sardjono, M. A., & Sabarnurdin, S. 2003. Pengantar Agroforestri. Bahan Ajaran 1. Bogor. World Agroforestry Center (ICRAF). http://www. wolrdagroforstry. org, 1-8.

King KFS. 1968. Agri-silviculture: The Taungya System. Bulletin No. 1. Nigeria: Departement of Forestry, University of Ibadan.

Kusumo AB, Charina, Sadeli AH. 2018. Upaya Peningkatan Nilai Tambah Produk Sayuran Organik Di Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks Masyarakat. 7(1): 61-64.

Senoaji G. 2012. Pengelolaan lahan dengan sistem agroforestry oleh Masyarakat Baduy di Banten Selatan. Jurnal Bumi Lestari. 12(2): 283-293.

Suharjito D. 2000. Hutan Rakyat Di Jawa: Perannya dalam perekonomian Desa Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM). Bogor.

Suryanto P, Sabarnurdin, Tohari (2006). Dinamika Sistem Berbagi Sumberdaya (Resource Sharing) dalam Sistem Agroforestri: 26 Dasar Pertimbangan Penyusunan Strategi Silvikultur. Ilmu Pertanian. 12(2): 168-181.

Published
2022-04-29
Section
Articles