NERACA AIR LAHAN GAMBUT YANG DITANAMI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN SERUYAN, KALIMANTAN TENGAH

  • Suria Darma Tarigan

Abstrak

Penurunan muka air pada lahan gambut memicu oksidasi dan subsiden, khususnya pada musim kemarau. Agar dampak penurunan muka air dapat dikelola dengan baik, maka perlu dikaji besaran komponen neraca air (water balance) yang meliputi: a) Pre-storage, b) Evapotranspirasi, c) Ruang pori drainase, d) Konduktivitas hidrolik dan e) Drainase. Penelitian ini bertujuan mengkaji komponen neraca air tersebut pada lahan gambut yang ditanami kelapa sawit yang dapat digunakan untuk menetapkan pengelolaan drainase yang optimal. Metodologi yang digunakan dalam perhitungan kedua komponen neraca air adalah persamaan Hooghoudt Steady-State Approach yang diverifikasi dengan pengukuran data lapang terkait tinggi muka air dengan menggunakan piezometer. Penelitian lapang dilakukan pada perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Selama musim kemarau (Juli-September), evapotranspirasi mencapai 386 mm yang melebihi besaran curah hujan (311 mm). Jumlah air drainase pada periode ini adalah 90 mm atau 1 mm hari-1. Berdasarkan nilai-nilai tersebut terdapat defisit air sebesar 25 mm selama periode musim kemarau. Jika jarak saluran drainase ditingkatkan dari 30 m menjadi 50 mm, maka terjadi surplus neraca air sebesar 34 mm. Namun surplus tersebut hanya mampu menaikan muka air tanah sebesar 2.3 cm dari kondisi awal yang berada pada kedalaman 40-50 cm. Dalam rangka menghambat penurunan muka air pada musim kemarau maka pada masa transisi dari musim penghujan ke musim kemarau perlu dilakukan konservasi air melalui peningkatan pre-storage. Di samping itu kehilangan air drainase perlu ditekan seminim mungkin melalui pengaturan jarak saluran drainase dan penggunaan cascaded stop-log pada sistem saluran tersier.

Unduh

##plugins.generic.usageStats.noStats##
Diterbitkan
2011-04-01