Journal of Tropical Silviculture https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik <p><strong>JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA</strong> (<strong>J-SILTROP</strong>) atau <em>Journal of Tropical Silviculture</em> adalah jurnal yang terbit tiga kali dalam setahun. <strong>J-SILTROP</strong> menerbitkan artikel tentang sains dan teknologi silvikultur yang berhubungan dengan hutan tropika seperti botani, fisiologi, ekologi, tanah, genetika, proteksi, patologi, entomologi, kebakaran, daerah aliran sungai, biodiversitas, bioteknologi, agroforestri, reklamasi dan restorasi. Tulisan-tulisan ilmiah diterbitkan dalam bentuk artikel hasil-hasil penelitian (<em>article</em>), ulas balik (<em>reviews</em>), catatan penelitian (<em>notes</em>), hipotesa (<em>hypothesis</em>), maupun komunikasi (<em>communication</em>) di bidang silvikultur hutan tropika.</p> Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor (IPB) en-US Journal of Tropical Silviculture 2086-8227 Komposisi dan Struktur Tegakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/55262 <p>Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Taman hutan raya merupakan hutan konservasi yang berfungsi sebagai kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa alami maupun non-alami, yang dimanfaatkan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan yang menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis komposisi dan struktur tegakan yang terdapat di Tahura Wan Abdul Rachman, Lampung pada blok perlindungan, blok pemanfaatan, dan blok koleksi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan jumlah jenis pada blok koleksi lebih banyak dibandingkan dengan blok pemanfaatan dan perlindungan. Jenis yang mendominasi pada&nbsp; ketiga blok penelitian yaitu <em>Dalbergia latifolia, Durio zibethinus, Tristaniopsis merguensis</em>. Nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) pada ketiga blok pada tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon berada pada kriteria sedang dengan nilai H’&gt;2, sedangkan untuk indeks kekayaan tergolong dalam kategori rendah. Stratifikasi tajuk Tahura Wan Abdul Rachman berada pada stratum B dan C.</p> <p><span style="font-weight: normal !msorm;"><strong>Kata Kunci</strong></span>: indeks dominan, indeks kekayaan, jenis dominan, komposisi, struktur vegetasi</p> Istomo Istomo Erika Ferliana Copyright (c) 2024 Istomo Istomo, Erika Ferliana https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-04-24 2024-04-24 15 01 1 8 10.29244/j-siltrop.15.01.1-8 Kelayakan Usaha dan Strategi Pengelolaan Agroforestri (Studi Kasus KTH Margo Rukun Ii Provinsi Lampung) https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/54317 <p>Kabupaten Tanggamus memiliki potensi untuk ditanami <span style="font-style: normal !msorm;"><em>Multipurpose Tree Species</em></span> (MPTS) yang dapat memberikan nilai ekonomi dan ekologi terhadap masyarakat. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi pengelolaan HHBK pada lahan agroforestri, menganalisis kelayakan usaha agroforestri, dan merancang strategi pengelolaan usaha agroforestri tingkat Kelompok Tani Hutan (KTH). Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara dan <span style="font-style: normal !msorm;"><em>Focus Group Discussion</em></span> (FGD). Berdasarkan perhitungan analisis finansial yang dilakukan menggunakan metode <span style="font-style: normal !msorm;"><em>cost-benefit analysis</em></span>, usaha dengan pola agroforestri kopi robusta, cabai rawit, alpukat, pisang, lada, kacang merah dan nangka merupakan usaha yang menguntungkan. Usaha agroforestri KTH Margo Rukun II lebih sensitif terhadap penurunan pendapatan daripada kenaikan biaya. Berdasarkan hasil evaluasi analisis faktor internal dan eksternal menggunakan analisis <em>Strength Weakness<span style="font-style: normal !msorm;"> Opportunity Threat</span></em> (SWOT), KTH Margo Rukun II berada pada posisi kuadran I (strategi S-O) yang di mana posisi tersebut menunjukkan organisasi memiliki kondisi yang baik untuk melanjutkan usaha.</p> <p>Kata kunci: Agroforestri, analisis finansial, analisis SWOT, hasil hutan bukan kayu, kelompok tani hutan</p> Muhammad Resta Destyana Resta Handian Purwawangsa Rahmat Pramulya Copyright (c) 2024 Muhammad Resta Destyana Resta, Handian Purwawangsa, Rahmat Pramulya https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-04-24 2024-04-24 15 01 9 17 10.29244/j-siltrop.15.01.9-17 Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan Hutan Pegunungan Pasca Kebakaran di Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/55263 <p>Kebakaran di areal Taman Nasional Gunung Ciremai terjadi selama tahun 2011-2022. Kebakaran mengakibatkan suksesi sekunder yang mengubah komposisi jenis dan struktur tegakan. Tujuan penelitian ini menganalisis komposisi jenis dan struktur tegakan di hutan pegunungan pasca kebakaran. Pengambilan data dengan metode analisis vegetasi di dua tipe tutupan lahan, yaitu hutan alam utuh (hutan primer) dan pasca kebakaran 2019. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan jumlah jenis pohon yang ditemukan pada hutan pasca kebakaran. Di kedua kondisi hutan tersebut tercatat sebanyak 90 spesies dari 43 famili, dimana jumlah jenis pada vegetasi tumbuhan bawah dan strata pohon adalah terbanyak. &nbsp;Spesies yang dominan yaitu yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi, antara lain kumis kucing (<em>Orthosiphon aristatus</em>) pada vegetasi tumbuhan bawah, kina (<em>Cinchona calisaya</em>) pada strata semai dan pancang, nangsi (<em>Oreocnide rubescens</em>) pada strata tiang, dan huru ki leueur (<em>Macaranga tanarius</em>) pada strata pohon. Keanekaragaman jenis pada strata pohon di hutan alam utuh lebih tinggi dan komposisi jenis pada strata pohon di hutan pasca kebakaran 2019 mendekati serupa dengan di hutan alam utuh. Struktur horizontal tegakan membentuk kurva J terbalik dan struktur vertikal didominasi pohon-pohon lapisan tajuk C.</p> <p>Kata kunci: hutan pegunungan, kebakaran, komposisi jenis, struktur tegakan, Taman Nasional G. Ciremai</p> Iwan Hilwan Theresia Avilla Laijanan Copyright (c) 2024 Iwan Hilwan, Theresia Avilla Laijanan https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-04-24 2024-04-24 15 01 18 26 10.29244/j-siltrop.15.01.18-26 Studi Review: Perbandingan Cadangan Karbon pada Tanah Gambut dan Tanah Mangrove https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/53385 <p>Pemanasan global (<span style="font-style: normal !msorm;"><em>global warming</em></span>) merupakan salah satu bahasan penting yang menjadi perhatian banyak pihak di seluruh dunia. Salah satu upaya penurunan emisi karbon dapat dilakukan dengan pengurangan emisi karbon. Tanah merupakan salah satu penyimpan karbon terbesar dalam ekosistem daratan. Dari berbagai macam jenis tanah, terdapat beberapa tanah yang mampu menyerap dan menyimpan karbon dengan baik, salah satunya seperti Tanah Gambut dan Tanah Mangrove. Tujuan dari penelitian ini dibuat adalah untuk mengetahui seberapa banyak dan besar perbedaan cadangan karbon dari kedua jenis tanah tersebut, Metode yang digunakan berupa literatur <em>review</em> dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, artikel ilmiah, dokumentasi, internet, maupun kepustakaan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cadangan karbon pada tanah Gambut berkisar antara 1.172- 9.055,922 ton/ha-1. Sedangkan cadangan karbon pada tanah mangrove berkisar antara 163,08 - 2.561,90 ton/ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah gambut lebih mampu menyimpan cadangan karbon dengan kapasitas lebih tinggi dibandingkan dengan tanah mangrove. Namun hal ini dapat juga ditentukan oleh beberapa faktor lain.</p> <p>Kata kunci: Tanah, Tanah Gambut, Tanah Mangrove, Cadangan Karbon</p> Lailatuz Zahro Copyright (c) 2024 Lailatuz Zahro https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-04-24 2024-04-24 15 01 27 30 10.29244/j-siltrop.15.01.27-30 Pemanfaatan Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata) sebagai Pestisida Nabati Terhadap Pengendalian Hama Kutu Putih (Paracoccus marginatus) pada Pembibitan Akasia (Acacia crassicarpa) https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/54825 <p>Akasia (<em>Acacia crassicarpa</em>) merupakan salah satu famili Fabaceae yang banyak direkomendasikan untuk ditanam dalam rangka rehabilitasi lahan kritis maupun pembangunan HTI, karena pertumbuhannya yang cepat, adaptasi yang luas, dan tahan terhadap kondisi yang kurang menguntungkan. Akasia di persemaian sering diserang oleh berbagai hama, salah satunya adalah hama kutu putih (<em>Paracoccus marginatus</em>). Upaya pengendalian hama <em>Paracoccus marginatus</em> pada daun sirsak (<em>Annona muricate</em>) yang saat ini dilakukan umumnya menggunakan cara kimiawi. Ekstrak merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai pestisida yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan ekstrak daun <em>Annona muricata</em> untuk mengendalikan <em>Paracoccus marginatus</em> pada persemaian <em>Acacia crassicarpa</em> dan mengetahui konsentrasi ekstrak daun <em>Annona muricata</em> yang paling baik terhadap mortalitas <em>Paracoccus marginatus</em>. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan dengan konsentrasi larutan pestisida nabati. P0 = kontrol (tanpa ekstrak daun <em>Annona muricata</em>), P1 = 10 g/l air, P2 = 20 g/l air, P3 = 30 g/l air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pestisida nabati dari ekstrak daun <em>Annona muricata</em> konsentrasi 30 g/l air merupakan konsentrasi yang paling baik dalam mengendalikan <em>Paracoccus marginatus </em>dengan waktu awal kematian serangga tercepat yaitu 2,5 jam (2 jam 30 menit), waktu kematian tercepat 50% (LT50) yaitu 8,5 jam (8 jam 30 menit) dan mortalitas total sebesar 90%.</p> <p>Kata kunci: Akasia, Hama, Pengendalian Alami, Kutu Putih</p> Viny Volcherina Darlis Jhon Pontas Bakara M. Mardhiansyah Pebriandi Copyright (c) 2024 Viny Volcherina Darlis, Jhon Pontas Bakara, M. Mardhiansyah, Pebriandi https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-04-24 2024-04-24 15 01 31 35 10.29244/j-siltrop.15.01.31-35 Analisis Fisiologi Stek Pucuk dalam Perbanyakan Eucalyptus pellita F. Muell Tanpa Menggunakan Hormon https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/54893 <p>Jenis tanaman yang umum digunakan di Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai bahan baku <em>pulp</em> dan kertas adalah <em>Eucalyptus pellita</em>. Bibit berkualitas <em>E. pellita</em> salah satunya diproduksi dari klon unggul dengan perbanyakan secara vegetatif, yakni stek pucuk. Terdapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perbanyakan klon tertentu memiliki nilai keberhasilan hidup tertinggi dengan perlakuan tanpa menggunakan hormon tambahan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian perbanyakan bibit stek <em>E. pellita</em> tanpa menggunakan hormon. Hasil analisa fisiologi stek pucuk <em>E. pellita</em> menunjukkan setiap parameter yang diamati yakni kandungan hormon IAA, nilai C-organik, dan nilai N yang diamati menunjukkan hasil yang tidak linear dengan perlakuan umur tunas. Hasil pengukuran panjang tunas, jumlah <em>node</em>, dan jarak antar <em>node</em> menunjukkan nilai yang linear dengan perlakuan umur tunas. Hasil pengamatan total hidup (<em>Survival Rate</em>), total berakar dan bertunas menunjukkan perlakuan umur tunas 18 hari memiliki nilai terendah dibandingkan perlakuan lain. Pada umur 2 MST menunjukkan perlakuan umur tunas 21 hari memiliki kemampuan pertumbuhan akar paling cepat dibandingkan perlakuan lain. Berdasarkan hasil pengukuran tinggi dan diameter umur 12 MST menunjukkan perlakuan tunas umur 21 hari memiliki pertumbuhan dan <em>Survival Rate</em> terbaik sehingga dapat menjadi dasar penentuan umur tunas dalam produksi bibit klon 148 skala operasional.</p> <p>Kata kunci: <em>E. pellita</em>, fisiologi, perbanyakan, hormon</p> Muhammad Miftah Fadhlurrahman Sri Wilarso Budi Arum Sekar Wulandari Copyright (c) 2024 Muhammad Miftah Fadhlurrahman, Sri Wilarso Budi, Arum Sekar Wulandari https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-05-10 2024-05-10 15 01 36 43 10.29244/j-siltrop.15.01.36-43 Keanekaragaman Serangga di Permukaan Tanah Kelapa Sawit di Berbagai Jarak dari Hutan https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/55264 <p>Perkebunan kelapa sawit selama ini selalu melekat dengan isu degradasi ekosistem, baik secara biotik maupun abiotik. Serangga sebagai salah satu faktor biotik dalam ekosistem kerap memiliki peran penting seperti agen penyerbukan dan pembenah tanah. Penelitian ini mengeksplorasi pengaruh jarak antara kebun kelapa sawit dan hutan terhadap keanekaragaman serangga permukaan tanah. Penelitian ini menggunakan metode <em>pitfall trap</em> untuk mengumpulkan sampel serangga dan menganalisis kekayaan, keanekaragaman, kemerataan, dan kesamaan ekosistem. Ditemukan bahwa perbedaan jarak memiliki dampak terhadap kelimpahan, komposisi, dan keanekaragaman serangga. Ekosistem <em>ecotone</em>, yang berada pada jarak terdekat dengan hutan, menunjukkan kelimpahan dan kekayaan serangga yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekosistem kelapa sawit. Kondisi ini menciptakan nilai keanekaragaman dan kesamaan ekosistem yang lebih tinggi di antara kedua ekosistem tersebut. Meskipun demikian, jarak juga dapat membatasi pergerakan serangga antar ekosistem. Hasil dari penelitian dapat memberikan pemahaman baru tentang faktor jarak dalam memahami dinamika ekologi serangga di antara ekosistem kelapa sawit dan hutan, yang dapat berkontribusi pada perencanaan konservasi yang lebih efektif.</p> <p>Kata kunci: <em>Ecotone</em>, hutan, jarak, kelapa sawit, serangga</p> Noor Farikhah Haneda Ismi Arsilah Rahmawati Ananta Kusuma Amanda Sri Hastuti Anggarawati Copyright (c) 2024 Noor Farikhah Haneda, Ismi Arsilah Rahmawati, Ananta Kusuma Amanda, Sri Hastuti Anggarawati https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-04-24 2024-04-24 15 01 44 50 10.29244/j-siltrop.15.01.44-50 Rehabilitasi Lahan Kritis Melalui Penerapan Four-Dimensional Agroforestry di Tenjolaya, Bogor, Jawa Barat https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/55101 <p>Lahan kritis diakibatkan oleh penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan dan berdampak pada menurunnya fungsi ekosistem lahan. Salah satu upaya rehabilitasi lahan kritis yang dapat dilakukan adalah melalui implementasi <em>four-dimensional agroforestry (4D Agroforestry)</em>. Tujuan penelitian ini adalah i) merancang desain <em>4D Agroforestry</em>, dan ii) menganalisis pertumbuhan tanaman jahe (<em>Zingiber officinale</em>), lada (<em>Piper nigrum</em>), kapulaga (<em>Amomum cardamomum</em>), dan cincau (<em>Cyclea barbata </em>Miers) di bawah naungan mahoni (<em>Swietenia mahagony).</em> Jumlah tanaman yang digunakan adalah 67 bibit jahe, 44 bibit lada, 187 bibit cincau, dan 65 bibit kapulaga, sehingga totalnya adalah 363 bibit tanaman dengan durasi pengamatan adalah 4 MST. Implementasi <em>4D Agroforestry</em> menjadi alternatif upaya optimalisasi pengelolaan lahan dengan memanfaatkan 4 dimensi, yakni i) dimensi <em>length</em> (panjang) dengan penanaman mahoni, ii) dimensi <em>width</em> dengan penanaman cincau (<em>C. barbata</em>), iii) dimensi <em>height</em> (tinggi) dengan penanaman lada (<em>P. nigrum</em>), singkong (<em>M. esculenta</em>), jahe (<em>Z. officinale</em>), dan kapulaga (<em>Amomum cardamomum</em>), serta iv) dimensi <em>time </em>(waktu) untuk produksi jangka pendek (produksi dari tanaman singkong, cincau, jahe, dan kapulaga), menengah (produksi dari tanaman lada), serta panjang (produksi dari kayu mahoni) untuk mencapai produksi berkelanjutan. Tanaman kapulaga menghasilkan pertumbuhan terbaik pada parameter pertambahan tinggi (15,28 cm) dan persen hidup (98.46%) setelah 4 MST.</p> <p>Kata kunci: agroforestri, &nbsp;petani, rehabilitasi</p> Adisti Permatasari Putri Hartoyo Hilmi Naufal Madani Dimas Nur Muhammad Asmaul Hasanah Ammar Ghalib Kintan Alifioni Copyright (c) 2024 Adisti Permatasari Putri Hartoyo, Hilmi Naufal Madani, Dimas Nur Muhammad, Asmaul Hasanah, Ammar Ghalib, Kintan Alifioni https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-04-24 2024-04-24 15 01 51 56 10.29244/j-siltrop.15.01.51-56 Response of Rhizophora apiculata Seedling Growth to The Application of Several Types of Fertilizers in Pulau Sembilan, Pangkalan Susu District, Langkat Regency https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/53128 <p>Influence on the growth of <em>Rhizopora apiculata</em> seedlings given fertilizer Beauveria, Mycorrhiza, <em>Trichoderma</em> or not given fertilizer. Mangrove forests are the main ecosystem supporting life activities in coastal areas and play an important role in maintaining the balance of biological cycles in the environment. The purpose of this study was to determine the effect of Beauveria fertilizer, <em>Trichoderma</em> fertilizer, mycorrhizal fertilizer and not given fertilizer on the growth of <em>Rhizophora apiculata</em> seedlings. This study used a complete randomized design (RAL) consisting of 4 treatments with 10 repetitions. The treatment was carried out with P0 = control, P1 = Beauveria, P2 = <em>Trichoderma</em>, P3 = Mycorrhiza. From the data of observation of seedling height, seedling diameter, it can be concluded that the effect of fertilizer does not affect plant growth and can be declared insignificant.</p> <p>Keywords: <em>Complete randomized design</em>, <em>Fertilizer</em>, <em>Growth assessment</em>, <em>Mangrove forests</em>, <em>Rhizophora apiculata</em></p> Yunasfi Yudha Ilham Ramadhan Budi Utomo Ipanna Enggar Susetya Afifuddin Dalimunthe Copyright (c) 2024 Yunasfi, Yudha Ilham Ramadhan, Budi Utomo, Ipanna Enggar Susetya, Afifuddin Dalimunthe https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-04-24 2024-04-24 15 01 57 64 10.29244/j-siltrop.15.01.57-64 Estimating Groundwater Level in Peatlands by Using Submersible Sensor https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/55265 <p>Peatland fires pose a significant challenge in peatland management, with declining groundwater levels being a contributing factor. Real-time monitoring of groundwater levels (GWL) is essential to address this issue effectively. This study examines GWL data collected from submersible sensors and manual readings in peatlands of Tangkit Baru and Pematang Rahim villages, Jambi Province. Results reveal an increase in GWL in Tangkit Baru coinciding with rising precipitation, while Pematang Rahim experiences a contrasting decrease despite heavy rainfall. Statistical analysis, specifically t-tests, indicates no significant difference (p &gt; 0.05) between the two measurement methods. However, slight discrepancies (0.1-1 cm) between submersible sensor and manual measurements underscore the importance of sensor maintenance for accurate GWL assessment.</p> <p>Keywords: Peatlands, sensors, groundwater level</p> Erianto Indra Putra Muhammad Uqbah El Syakbandani Sigit Pramono Asmadi Saad Copyright (c) 2024 Erianto Indra Putra, Muhammad Uqbah El Syakbandani, Sigit Pramono, Asmadi Saad https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-04-24 2024-04-24 15 01 65 69 10.29244/j-siltrop.15.01.65-69 Forest and Land Fires Policies Implications in Indonesia: Technological Support Needs https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/55266 <p>The occurrence of forest and land fires in Indonesia has been a critical environmental issue in the South East Asia Region, closely related to the transboundary haze pollution. The government of Indonesia has shifted the fire management paradigm from fire suppression concern to fire prevention priority since 2016. The study aims to systematically review the development of forest and land fire-related policies in Indonesia and to evaluate the use of mobile and web-based applications of The Smart Patrol Information System (SIPP Karhutla) implemented in the Sumatera and Kalimantan regions. We conducted Systematic Literature Reviews to identify the roadmaps of forest and land fire-related policies in Indonesia. Field surveys, questionnaires, and interviews with fire brigades in 7 provinces in the Sumatera and Kalimantan regions to evaluate the use of the SIPP Karhutla. There has been a significant increase of fire-related policies since 2014, which enhance fire management development. The SIPP Karhutla has been widely used in Sumatera and Kalimantan regions. The applications have reduced time for patrol data recording and reporting significantly. Therefore, they supported the fire brigades' patrol activities effectively and efficiently.</p> <p><em>Keywords: </em>fire management, Smart Patrol Information System, transboundary haze pollution</p> Lailan Syaufina Imas Sukaesih Sitanggang Endang Yuni Purwanti Hendra Rahmawan Rina Trisminingsih Firman Ardiansyah Wulandari Israr Albar Ferdian Krisnanto Verda Emmelinda Satyawan Copyright (c) 2024-04-24 2024-04-24 15 01 70 77 10.29244/j-siltrop.15.01.70-77