https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/issue/feedJournal of Tropical Silviculture2024-10-09T13:14:13+07:00Bambang Hero Saharjosaharjobambangh@gmail.comOpen Journal Systems<p><strong>JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA</strong> (<strong>J-SILTROP</strong>) atau <em>Journal of Tropical Silviculture</em> adalah jurnal yang terbit tiga kali dalam setahun. <strong>J-SILTROP</strong> menerbitkan artikel tentang sains dan teknologi silvikultur yang berhubungan dengan hutan tropika seperti botani, fisiologi, ekologi, tanah, genetika, proteksi, patologi, entomologi, kebakaran, daerah aliran sungai, biodiversitas, bioteknologi, agroforestri, reklamasi dan restorasi. Tulisan-tulisan ilmiah diterbitkan dalam bentuk artikel hasil-hasil penelitian (<em>article</em>), ulas balik (<em>reviews</em>), catatan penelitian (<em>notes</em>), hipotesa (<em>hypothesis</em>), maupun komunikasi (<em>communication</em>) di bidang silvikultur hutan tropika.</p>https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/59603Estimasi Simpanan Karbon pada Tegakan Mangrove Berumur Lima Tahun di Jakarta2024-10-09T13:14:13+07:00Cecep Kusmanackmangrove@gmail.comNeysa Nurma Amantackmangrove@gmail.com<p>Pemanasan global adalah keadaan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat adanya efek gas rumah kaca, seperti karbon dioksida. Pemanasan global dapat dicegah dengan mempertahankan struktur hutan serta meningkatkan kerapatan pohon dalam hutan, salah satunya pada ekosistem hutan mangrove melalui rehabilitasi menggunakan teknik guludan. Penelitian ini bertujuan menganalisis komposisi jenis dan struktur tegakan mangrove, serta menduga simpanan karbon dan serapan karbon dioksida pada tegakan mangrove berumur lima di Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis vegetasi melalui pengambilan ukuran sampel secara simple random sampling. Analisis data diperoleh melalui analisis vegetasi, analisis faktor lingkungan, dan pendugaan simpanan karbon dan serapan karbon dioksida pada tegakan mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis yang tumbuh di lokasi penelitian adalah Rhizophora mucronata dan Sonneratia caseolaris. Simpanan karbon pada tegakan mangrove yang ada di lokasi penelitian tersebut adalah sebesar 72,99 ton/ha, dengan kemampuan penyerapan karbon dioksida sebesar 267,63 ton/ha.</p> <p>Kata kunci: simpanan karbon, serapan karbon dioksida, mangrove, teknik guludan</p>2024-08-02T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Cecep Kusmana, Neysa Nurma Amantahttps://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/59604Tingkat Adaptasi Pertumbuhan Sengon (Paraserianthes Falcataria. L. Nielsen)) pada Areal Bekas Kebakaran Lahan Sengonisasi di Desa Bellabori Kecamatan Parang Loe Kabupaten Gowa2024-10-09T13:14:10+07:00Asikin Muchtarmuchtar.asikin@yahoo.comAgustinus Magungmuchtar.asikin@yahoo.comHerawatymuchtar.asikin@yahoo.comWahyullahmuchtar.asikin@yahoo.com<p>Penelitian ini bertujaun untuk mengetahui tingkat adapasi pertumbuhan sengon (<em>Paraserianthes falcataria</em>) di Areal Bekas Kebakaran Lahan Sengonisasi di Desa Belabori Kecamatan Parang Loe Kabupaten Gowa dan untuk mengetahui system pengamanan dan perlindungan tegakan Sengon (<em>Paraserianthes falcataria</em>) di Areal Bekas Kebakaran Lahan Sengonisasi di Desa Belabori Kecamatan Parang Loe Kabupaten Gowa. Metode penelitian ini adalah observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Data ini diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan, dan pengamatan langsung kondisi obyektif lokasi penelitian ini di Desa Belabori Kecamatan Parang Loe Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pengamatan dan pencacatan terhadap jenis pohon sengon yang mampu hidup pada lahan bekas kebakaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat adaptasi pertumbuhan Sengon (<em>Paraserianthes falcataria</em> L.Nielsen) pasca kebakaran di areal Sengonisasi Desa Bellabori Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa adalah Sangat Tinggi yaitu dengan tingkat adaptasi 87,27%, dan sistem perlindungan dan pengamanan tanaman Sengon di areal lokasi Sengonisasi Desa Bellabori, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa adalah dengan system perlindungan tradisional yaitu dengan penjagaan POS Jaga, Pemagaran areal tanaman dengan pagar hidup, dan penanaman tanaman anti api dari Jati Putih sebagai zona penyanggah dari serangan api, melakukan pengawasan keliling areal tanaman, dan membangun menara api di sudut lokasi areal.</p> <p>Kata kunci: Pertumbuhan, adaptasi, sengon, bekas kebakaran</p>2024-08-02T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Asikin Muchtar, Agustinus Magung, Herawaty, Wahyullahhttps://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/55318Keragaan Biofisik Ekosistem Mangrove di Hutan Desa Sapat Kecamatan Kuala Indragiri2024-10-09T13:14:07+07:00Lutfiah Surayahlutfiahsurayah@apps.ipb.ac.idCecep Kusmanackmangrove@gmail.comOmo Rusdianaorusdiana@apps.ipb.ac.id<p>Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologi yang penting sebagai penjaga stabilitas ekosistem pesisir. LPHD Sapat sebelum mendapatkan hak penguasaan hutan desa menghadapi tantangan pengelolaan berupa pemanenan hasil perikanan dengan racun dan setrum serta tekanan illegal logging mangrove. Setelah lima tahun mendapatkan pendampingan dari konsorsium pengelolaan pesisir perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis kondisi biofisik ekosistem mangrove. Metode penelitian menggunakan kombinasi jalur berpetak, pengambilan sampel tanah dan air. Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa nilai INP tertinggi ada pada jenis <em>R. apiculata</em>. Analisis kation dn anion tanah menunjukkan bawa kadar C/N senilai 16. Kualitas air menunjukkan bahwa konsentrasi Nitrat (NO<sub>3</sub>) sebesar 0,44 m.e./L dan Boron (B) dalam air melebihi baku mutu sebesar 2,51 mg/L yang dapat mempengaruhi kondisi ekosistem mangrove dan kehidupan biota.</p> <p>Kata kunci: LPHD Sapat, mangrove, INP, air, tana</p>2024-08-07T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Lutfiah Surayah, Cecep Kusmana, Omo Rusdianahttps://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/59606Pengaruh Struktur Tegakan terhadap Kelimpahan dan Kadar Air Bahan Bakar di Kawasan Konservasi PLTGU Cilegon2024-10-09T13:14:03+07:00Bambang Hero Saharjosaharjobambangh@gmail.comCristian Santo Hutauruksaharjobambangh@gmail.com<p>Struktur tegakan akan mempengaruhi karakteristik bahan bakar pada tegakan hutan. Karakteristik bahan bakar hutan memiliki peran penting dalam menentukan perilaku api dalam kebakaran hutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur tegakan vegetasi terhadap kelimpahan dan kadar air bahan bakar yang mempengaruhi peluang terjadinya kebakaran hutan. Analisis vegetasi dan pengukuran karakteristik bahan bakar dilakukan pada dua tegakan berbeda yaitu tegakan monokultur dan polikultur. Parameter yang digunakan untuk melakukan analisis vegetasi yaitu tinggi pohon, tinggi percabangan pertama, <em>Diameter at Breast Height </em>(DBH) dan penutup tajuk, sementara parameter karakteristik bahan bakar yaitu kelimpahan, ketebalan dan kadar air bahan bakar. Berdasarkan hasil penelitian karakteristik bahan bakar pada tegakan monokultur menghasilkan kelimpahan dan kadar air bahan bakar masing-masing sebesar 11,35 ton/ha, 15 cm dan 13,61 %, sedangkan pada tegakan polikultur masing-masing sebesar 14,57 ton/ha, 10 cm dan 16,46 %. Kadar air pada tegakan monokultur dan polikultur berada di bawah nilai persentase 30 % sehingga dua tegakan pada kawasan konservasi PLTGU Cilegon termasuk kawasan yang masih rawan terjadi kebakaran hutan.</p> <p>Kata kunci: bahan bakar, kadar air, kebakaran hutan, struktur tegakan</p>2024-08-09T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Bambang Hero Saharjo, Cristian Santo Hutaurukhttps://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/59607Keragaan Komposisi Jenis, Struktur Tegakan, Biomassa dan Simpanan Karbon pada Tegakan di Arboretum Bambu Kampus IPB Darmaga2024-10-09T13:14:00+07:00Alamsyah Bagaskaraalamsyah.bagaskara@gmail.comCecep Kusmanackmangrove@gmail.comYunasfickmangrove@gmail.com<p>Ekosistem hutan dapat menyerap gas rumah kaca dengan cara menyerap CO<sub>2</sub> dari udara menjadi simpanan karbon dalam vegetasi. Arboretum Bambu Kampus IPB Darmaga menjadi salah satu ruang terbuka hijau didalam kampus dalam upaya mengurangi pencemaran lingkungan kota. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan komposisi jenis, struktur vegetasi, menduga potensi biomassa, simpanan karbon, dan serapan karbon dioksida (CO<sub>2</sub>), serta mendeskripsikan sifat-sifat tanah di Arboretum Bambu Kampus IPB Darmaga. Metode yang digunakan yaitu pengukuran diameter dan tinggi (pohon, tiang, pancang, kayu mati, dan pohon mati) serta pengukuran kadar air tumbuhan bawah, semai, serasah, dan ranting. Pengambilan data tanah dilakukan dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan komposisi jenis pada tegakan hutan di Arboretum Bambu Kampus IPB Darmaga didominasi oleh jenis Hevea brasiliensis (zona karet dan zona Dipterocarpaceae), Bambusa blumeana (zona bambu), dan Swietenia mahagoni (zona campuran). Zona karet menjadi zona nilai tertinggi biomassa, simpanan karbon, dan serapan karbon dioksida. Kandungan C-organik tanah di Arboretum Bambu Kampus IPB Darmaga pada zona Dipterocarpaceae, zona karet, dan zona bambu termasuk tinggi, sedangkan pada zona campuran termasuk sedang.</p> <p>Kata kunci: Biomassa, karbon, karbon dioksida, komposisi, nekromassa</p>2024-08-09T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Alamsyah Bagaskara, Cecep Kusmana, Yunasfihttps://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/59608Komposisi Jenis dan Struktur Tegakan pada Berbagai Ketinggian di Taman Nasional Gunung Halimun Salak2024-10-09T13:13:56+07:00Istomoistomo19@gmail.comAdisti Permatasari Putri Hartoyoadistipermatasari@apps.ipb.ac.idUmmiati Azizahistomo19@gmail.com<p>Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu Taman Nasional yang memiliki variasi ketinggian dan ekosistem hutan hujan tropis pegunungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi jenis dan struktur tegakan pada berbagai ketinggian tempat di TNGHS. Metode yang digunakan yaitu analisis vegetasi menggunakan plot berukuran 100 m 20 m sebanyak tiga kali ulangan pada ketinggian <1000 mdpl (dataran rendah), 1000-1500 mdpl (sub-montana), dan >1500 mdpl (montana). Jenis dominansi pada ketinggian <1000 dan 1000-1500 mdpl yaitu Pinus merkusii dan Schima wallichii, sedangkan pada ketinggian >1500 mdpl didominasi Dacrycarpus imbricatus. Total volume pada tingkat pohon pada ketinggian <1000, 1000-1500, dan >1500 mdpl secara berurutan yaitu 473,9 m<sup>3</sup>/ha, 221,67 m<sup>3</sup>/ha, dan 201,11 m<sup>3</sup>/ha. Semakin naik ketinggian, maka volume pohon semakin turun. Nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) pada ketiga ketinggian tempat berada pada kriteria sedang dengan nilai 1≤H’≤3.</p> <p>Kata kunci: <em>Dacrycarpus imbricatus</em><em>,</em> Jawa Barat,<em> Pinus merkusii, </em><em>Schima wal</em><em>l</em><em>ichii</em></p>2024-08-09T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Istomo, Adisti Permatasari Putri Hartoyo, Ummiati Azizahhttps://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/59609Pendugaan Emisi Gas Karbon Dioksida Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi2024-10-09T13:13:49+07:00Bambang Hero Saharjosaharjobambangh@gmail.comShafiyah Mutiara Arysaharjobambangh@gmail.com<p>Kebakaran hutan dan lahan memiliki dampak serius terhadap perubahan iklim karena menghasilkan emisi gas karbon dioksida. Kabupaten Muaro Jambi adalah kabupaten dengan kebakaran hutan dan lahan terparah di Provinsi Jambi. Penelitian bertujuan menduga emisi gas karbon dioksida yang dihasilkan di Kabupaten Muaro Jambi. Metode yang dilakukan adalah dengan menduga luasan area terbakar menggunakan citra Sentinel-2, kemudian dilakukan perhitungan emisi karbon dioksida menggunakan persamaan Seiler dan Crutzen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah <em>hotspot</em> yang terdeteksi di Kabupaten Muaro Jambi secara berurutan pada tahun 2019, 2020, 2021 dan 2022 sebesar 3367, 18, 6, dan 2 titik. Sementara itu, emisi gas karbondioksida yang dihasilkan pada tahun 2019, 2020, 2021 dan 2022 di tanah mineral sebesar 615,913,55 ton, 4.353,76 ton, 415,90 ton, dan 2.895,54 ton. Sedangkan di lahan gambut emisi yang dikeluarkan sebesar 8.922,62 ton, 4.761,38 ton, 36,14 ton, dan 121,35 ton.</p> <p>Kata kunci: emisi gas karbondioksida, <em>hotspot</em>, Kabupaten Muaro Jambi, tutupan lahan</p>2024-08-16T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Bambang Hero Saharjo, Shafiyah Mutiara Aryhttps://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/59610Etnobotani Masyarakat Tengger: Studi Kasus Desa Ngadas, Wilayah Enclave Taman Nasional Bromo Tengger Semeru2024-10-09T13:13:46+07:00Iwan Hilwanihilwan@yahoo.co.idSiska Aisyah Sabilaihilwan@yahoo.co.id<p>Kawasan pelestarian alam di Jawa Timur salah satunya yaitu Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Penelitian bertujuan untuk melakukan studi etnobotani dalam rangka pelestarisan pengetahuan. Prosedur penelitian meliputi studi literatur, observasi lapang, wawancara, analisis vegetasi, dan analisis data. Hasil penelitian menunjukkan pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat Tengger Desa Ngadas sebanyak 69 jenis tumbuhan. Kelompok penggunaan terdiri dari tumbuhan pangan dan sayuran, tumbuhan obat, tumbuhan adat dan keagamaan, tumbuhan untuk kayu bakar, bahan bangunan, konservasi, dan pakan ternak. Indeks Nilai Penting tertinggi plot ladang untuk tingkat pertumbuhan pohon dimiliki oleh cemara gunung sebesar 229,56% pada plot hutan untuk tingkat pertumbuhan pohon dimiliki oleh kayu manisan sebesar 39,95%. Nilai <em>Index of Cultural Significance</em> tertinggi dimiliki oleh padi yang berasal dari luar Tengger sebesar 72. Indeks Nilai Penting cemara gunung di ladang sebesar 229,56% dan nilai <em>Index of Cultural Significance</em> sebesar 45. Hal ini menunjukkan pelestarian cemara gunung tinggi jika dilihat dari nilai INP meskipun pemanfaatan cemara gunung tergolong ke dalam kategori sangat tinggi.</p> <p>Kata kunci: etnobotani, Ngadas, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Tengger</p>2024-08-16T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Iwan Hilwan, Siska Aisyah Sabilahttps://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/55736Persepsi Masyarakat dan Perubahan Sosial-Vegetasi Pasca Program Restorasi Ekosistem di Taman Nasional Matalawa2024-10-09T13:13:43+07:00Arya Fajar Art C Andiandiaryafajar@apps.ipb.acSoeryo Adiwibowoandibiochemist09@gmail.comIrdika Mansurirdikam@gmail.com<p>Sejak tahun 2015 hingga tahun 2021, Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi-Wanggameti bekerja sama dengan pemerintah jepang untuk melakukan restorasi ekosistem TN Matalawa di area yang terdegradasi. Program ini telah berjalan selama 5 tahun sehingga harusnya memberikan perubahan baik terhadap baik kondisi sosial maupun hutannya. Penelitian ini bertujuan menjelaskan persepsi masyarakat, perubahan sosial dan kondisi hutan yang terjadi pasca program restorasi ekosistem. Metode penelitian meliputi wawancara dan interpretasi citra satelit. Analisis data wawancara menggunakan metode deskriptif-kuantitatif dan interpretasi citra satelit menggunakan analisis <em>NDVI</em>. Hasil penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap program menunjukkan bahwa fungsi dan manfaat program restorasi ekosistem tergolong sangat baik. Perubahan sosial terjadi dalam pengelolaan lahan pertanian, intensitas koordinasi antara masyarakat dan Balai TN Matalawa, peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengakui kawasan TN Matalawa dan sikap untuk saling bermusyawarah dan gotong-royong. Interpretasi citra menunjukkan vegetasi pada area terdegradasi masih didominasi Kehijauan vegetasi rendah. Kehijauan vegetasi sedang dan tinggi mengalami peningkatan setelah program. Program restorasi ekosistem di TN Matalawa memberikan implikasi positif baik pada kondisi sosial masyarakat maupun kondisi kawasan itu sendiri. Dampak ini dapat menjadikan program restorasi ekosistem dijadikan sebagai salah satu kebijakan dalam pengelolaan TN Matalawa.</p> <p>Kata Kunci: Restorasi, masyarakat, TN Matalawa</p>2024-08-20T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Andi Arya Fajar Art C Andihttps://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/55653Analisis Stakeholder Program Penanaman dan Pemanfaatan Balsa di RPH Pandantoyo, BKPH Pare, KPH Kediri2024-10-09T13:13:53+07:00Moh Rizal Pratamamoh20rizal@apps.ipb.ac.idHandian Purwawangsahandie79@apps.ipb.ac.id<p>Penanaman balsa di RPH Pandantoyo memiliki manfaat di aspek ekonomi, ekologi, dan sosial. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi <em>stakeholder</em> yang terlibat dalam kegiatan penanaman dan pemanfaatan balsa, mengklasifikasikan <em>stakeholder</em> berdasarkan pengaruh dan kepentingannya terhadap kegiatan penanaman dan pemanfaatan balsa, dan merumuskan mekanisme hubungan antar <em>stakeholder</em> terkait kegiatan penanaman dan pemanfaatan balsa. Program penanaman dan pemanfaatan balsa melibatkan Perhutani, LMDH Lancar Jaya, PT. Bina Megah Indowood, dan Pemerintah desa. Berdasarkan hasil penilaian menggunakan matriks tingkat pengaruh dan kepentingan di dapatkan Perhutani, LMDH Lancar Jaya, PT. Bina Megah Indowood termasuk ke dalam kategori <em>key player</em>, dan Pemerintah desa termasuk ke dalam kategori <em>crowd</em>.</p> <p>Kata kunci: Kolaborasi, penanaman dan pemanfaatan balsa, <em>stakeholder</em></p>2024-08-12T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Rizal Pratama, Handian Purwawangsahttps://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/56307Hubungan Kerapatan Tajuk Menggunakan NDVI dengan Keanekaragaman Jenis Invasif Tumbuhan Bawah di Hutan Penelitian Gunung Dahu2024-10-09T13:13:39+07:00Elsa Widyastutioktavianaelsa@gmail.comIstomoistomo19@gmail.comHenti Hendalastuti Rachmatistomo19@gmail.com<p>Kawasan Hutan Penelitian Gunung Dahu merupakan kawasan hutan yang didominasi oleh jenis meranti. Adanya aktivitas manusia di dalam kawasan hutan, berpotensi mendatangkan jenis invasif. Keberadaan spesies tumbuhan invasif menyebabkan dampak negatif terhadap ekosistem. Penelitian ini bertujuan menduga kerapatan tajuk di Hutan Penelitian Gunung Dahu menggunakan <em>Normalized </em><em>Difference Vegetation Index</em> serta hubungannya dengan keanekaragaman jenis tumbuhan bawah invasif untuk menghasilkan rekomendasi pengelolaan yang tepat. Pembuatan peta kelas kerapatan tajuk dilakukan secara <em>desk study</em> dan data tumbuhan bawah diambil dengan analisis vegetasi. Uji korelasi dan regresi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara nilai NDVI dengan variabel lain. Berdasarkan hasil analisis NDVI didapatkan tiga kelas kerapatan tajuk yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kelas kerapatan tajuk rendah memiliki jumlah jenis invasif paling banyak, sementara kelas kerapatan tajuk tinggi memiliki jumlah jenis tumbuhan invasif paling sedikit. Famili Poaceae merupakan famili yang paling banyak ditemukan dengan jenis <em>D. setigera </em>sebagai jenis invasif yang dominan. Terdapat hubungan korelasi yang kuat antara kerapatan tajuk dengan nilai NDVI.</p> <p>Kata kunci: Dipterocarpaceae, <em>Shorea </em>sp., Poac</p>2024-08-23T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Elsa Widyastuti, Istomo, dan Henti Hendalastuti Rachmathttps://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/59612Kelimpahan Makrofauna Tanah pada Beberapa Tutupan Lahan di Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan2024-10-09T13:13:37+07:00Basuki Wasisbasuki_wasis@yahoo.comDwi Hana Sajadadbasuki_wasis@yahoo.com<p>Kehadiran makrofauna tanah memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekosistem lahan karena mereka berperan dalam perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang terjadi dalam proses imobilisasi dan humifikasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelimpahan makrofauna tanah dan pengaruh jenis vegetasi, serta lingkungan terhadap kelimpahan makrofauna tanah di beberapa tutupan lahan di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Pengamatan dan pengambilan sampel tanah dilakukan di plot 20 m × 20 m secara <em>purposive sampling</em> dengan membuat subplot berukuran 1 m × 1m sebanyak 5 buah. Penelitian ini dilaksanakan pada empat jenis lahan, yaitu hutan sekunder, hutan meranti, kebun karet, dan lahan kosong. Hutan Sekunder menjadi satu-satunya lahan yang memiliki perbedaan kelimpahan makro fauna yang signifikan terhadap penggunaan lahan lainnya. Hutan sekunder meniliki kelimpahan makrofauna tanah tertinggi yaitu sebesar 80 individu/m<sup>2</sup>, sedangkan terendah pada lahan kosong sebesar 0 individu/m<sup>2</sup>. Hutan sekunder memiliki indeks keanekaragaman, kekayaan, dan kemerataan tertinggi dibandingkan dengan penutupan lahan. Keanekaragaman dan kelimpahan makrofauna tanah yang tinggi dipengaruhi oleh jenis vegetasi, faktor klimatis (suhu lingkungan, kelembapan, intensitas cahaya) dan faktor edafis (bobot isi, porositas, suhu tanah, pH tanah, C-organik, respirasi, berat basah serasah, berat kering serasah, dan kadar air). Lahan kosong memiliki kualitas tanah yang terburuk dan kelimpahan makro fauna terendah, sehingga reklamasi tanah pada lahan kosong perlu dilakukan secepatnya supaya tidak terjadi kerusakan tanah secara berlanjut.</p> <p>Kata kunci: hutan sekunder, makro fauna tanah, lahan kosong, edafis, klimatis, vegetasi</p>2024-08-26T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Basuki Wasis, Dwi Hana Sajadadhttps://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/59613Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan oleh Masyarakat di Desa Pematang Rahim, Provinsi Jambi2024-10-09T13:13:28+07:00Bambang Hero Saharjosaharjobambangh@gmail.comMuhammad Rafi Putra Zulkarnainsaharjobambangh@gmail.com<p>Lahan gambut merupakan lahan yang kaya akan karbon organik. Oleh karena itu, tanah gambut yang mengering akan menjadi bahan bakar apabila tersulut api. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengambilan data wawancara, observasi, dan studi arsip. Penentuan responden menggunakan metode <em>snowball sampling. </em>Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan penyebab kebakaran lahan di Desa Pematang Rahim disebabkan oleh pembukaan lahan dan kelalaian manusia. Mitigasi kebakaran yang dilakukan seperti patroli dan sosialisasi, pembentukan Masyarakat Peduli Api (MPA), dan Pembuatan papan pencegahan kebakaran. Pemadaman kebakaran dilakukan secara langsung menggunakan alat pemadam dan helikopter. Pemanfaatan lahan di Desa Pematang Rahim antara lain kebun sawit, kebun pinang, budidaya lebah, dan budidaya burung walet.</p> <p>Kata kunci: gambut, mitigasi, MPA, pemanfaatan lahan</p>2024-08-26T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Bambang Hero Saharjo, Muhammad Rafi Putra Zulkarnainhttps://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/view/59615Discourse Analysis of Forest and Land Fire Management in Indonesia2024-10-09T13:13:25+07:00Putri Addini Arsya Nadhifahputriaarsyan@gmail.comLailan Syaufinalailans@apps.ipb.ac.idMeti Ekayanilailans@apps.ipb.ac.idJames Thomas Erbaughlailans@apps.ipb.ac.id<p>The agriculture, forestry, and land use (AFOLU) sector is Indonesia's largest contributor to greenhouse gas emissions. Within this sector, forest and peatland fires has a major emissions impact. Optimizing fire management requires collaboration among various parties and should address the underlying causes of burning. Scientific media provides insights into important actors, potential causes, and implementation of forest fire control at national and local levels. This research uses discourse analysis to analyze the role of scientific media in providing information regarding forest fires and fire management activities. It finds an inconsistency between scientific articles and observational data. Furthermore, there is a bias in addressing the causes and efforts to control forest fires. National journals indicate that forest and land fire management in Indonesia focus primarily on ecological aspects and do not take into economic factors, despite economic reasons being the most common cause of fires.</p> <p>Keywords: discourse, forest fire, management, scientific media</p>2024-08-28T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Putri Addini Arsya Nadhifah, Lailan Syaufina, Meti Ekayani, James Thomas Erbaugh