https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jamu/issue/feed Jurnal Jamu Indonesia 2020-05-05T04:27:44+07:00 Rudi Heryanto rudi_heryanto@apps.ipb.ac.id Open Journal Systems <p><strong>Jamu </strong>adalah istilah dalam bahasa Indonesia untuk obat herbal yang terbuat dari tumbuhan obat segar atau kering. Jamu telah dikenal selama berabad-abad oleh masyarakat Indonesia terkait penggunaanya untuk kesehatan dan kecantikan.&nbsp; Penggunaannya saat ini menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dan tren ini juga tampak dalam skala global. Lebih jauh, Sistem Kesehatan Nasional Indonesia menyatakan bahwa pengembangan dan peningkatan obat tradisional dalam hal ini Jamu ditujukan agar diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal. Tiga isu kunci (Kualitas, Keamanan dan Khasiat)&nbsp; pengembangan produk Jamu hanya dapat dicapai apabila prioritas diberikan sejak awal proses pengembangannya.</p> <p>Proses-proses yang dikembangkan harus dapat menangani permasalahan yang ada saat ini terkait dengan isu kunci di atas seperti kurangnya produk Jamu yang terstandardisasi (hasil yang reproducible, keseragaman dari batch ke batch), kurangnya data toksikologi, kurangnya uji farmakokinetik dan farmakodinamik, sedikitnya kajian dosis-respon dari suatu produk, kurangnya studi interaksi obat dan terbatasnya uji klinik.&nbsp; Upaya mengatasi permasalahan tersebut bukan merupakan hal yang mudah, karena terdapatnya kompleksitas&nbsp; inheren dari produk jamu seperti: variabilitas dari individu material bahan baku dan pengaruh lingkungan, adanya pengaruh dari proses koleksi simplisia dan cara pemanenan, kompleksnya komposisi kimia dari bahan alam, dan keragaman dalam bahan aktif.</p> <p>Dalam beberapa tahun terakhir, isu-isu diatas telah menjadi fokus perhatian para ilmuwan yang bekerja dalam keilmuan terkait. Seiring dengan banyaknya penelitian-penelitian pengembangan Jamu ini, hasil kajian yang didapatkan tentunya akan memerlukan wadah untuk diseminasi agar hasil kajian tersebut dapat diakses oleh para pihak yang memerlukan.&nbsp; Untuk keperluan ini, Pusat Studi Biofarmaka Tropika berkerjasama dengan para pihak Jamu melakukan salah satu upaya peningkatan pendayagunaan inovasi IPTEK Jamu melalui kegiatan diseminasi hasil-hasil riset dan teknologi kepada masyarakat luas dengan membentuk suatu jurnal ilmiah yang bernama JURNAL JAMU INDONESIA. Jurnal Jamu Indonesia ini didedikasikan untuk pertukaran informasi dan pemahaman keilmuan yang meluas mengenai pengembangan dunia jamu melalui penerbitan makalah-makalah Ilmiah.</p> https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jamu/article/view/30622 Editorial dan Kelengkapan Jurnal 2020-05-05T02:44:36+07:00 Mohamad Rafi mra@ipb.ac.id <p>Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan terbitnya Jurnal Jamu Indonesia Volume 1 No 3 oleh Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB sebagai media diseminasi penelitian terkait jamu Indonesia. Jurnal ini diharapkan dapat menambah informasi menyeluruh tentang jamu dari kegiatan hulu hingga hilirnya.</p> <p>Jamu merupakan warisan budaya Indonesia dan telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu. Jamu merupakan istilah lain dari obat herbal yang terbuat dari tumbuhan obat segar atau kering di Indonesia untuk kesehatan dan kecantikan. Penggunaannya saat ini menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dan tren ini juga tampak dalam skala global. Seiring dengan banyaknya penelitian mengenai Jamu, hasil kajian yang diperoleh akan memerlukan wadah diseminasi agar dapat diakses oleh pihak yang memerlukan.</p> <p>Jurnal Jamu Indonesia dapat menjadi fasilitas bagi para peneliti dan ilmuwan untuk memudahkan pendistribusian informasi ilmu pengetahuan mengenai jamu melalui tulisan-tulisan yang dapat dipublikasi. Semua hasil karya tersebut akan diarsipkan sebagai dokumentasi berharga demi terjaganya informasi yang dapat menjadi sumber pengembangan ilmu pengetahuan di masa depan. Jurnal Jamu Indonesia Volume 1 No 3 ini berisi tentang penelitian mengenai aromaterapi minyak kayu putih, aspek budidaya keladi tikus, jejaring farmakologi dalam memprediksi senyawa bioaktif dan kajian antibakteri ekstrak daun&nbsp;<em>Lasianthus.</em></p> <p><em>Mohamad Rafi</em></p> <p><em>Ketua Dewan Redaksi</em></p> 2016-12-30T00:00:00+07:00 Copyright (c) https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jamu/article/view/30623 Prediksi Senyawa Aktif Pada Tanaman Obat Berdasarkan Kemiripan Struktur Kimiawi untuk Penyakit Diabetes Tipe II 2020-05-05T04:27:44+07:00 Rizal Bakri rizal.bakri@unm.ac.id Hari Wijayanto hrwijayanto@gmail.com Farit Mochamad Afendi fmafendi@gmail.com <p>Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang dicirikan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah. Di Indonesia jumlah penderita diabetes menempati urutan keempat di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina dengan jumlah penderita mencapai lebih dari 12 juta jiwa. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi diabetes adalah mengkonsumsi obat herbal berupa jamu sebagai alternatif obat sintetik. Pusat Studi Biofarmaka Bogor sedang mengembangkan ramuan jamu untuk penyakit Diabetes Melitus Tipe II yang terdiri dari empat tanaman obat yaitu pare (<em>Momordica charantia</em>), sembung (<em>Blumea balsamifera</em>), bratawali (<em>Tinospora crispa</em>), dan jahe (<em>Zingiber officinale</em>). Kandungan senyawa keempat tanaman diduga memiliki aktivitas biologis yang mirip dengan senyawa sintetik. Pada prinsipnya, diasumsikan bahwa senyawa yang struktur kimiawinya mirip memiliki sifat biologis yang mirip. Kemiripan senyawa diukur menggunakan koefisien Modifikasi Tanimoto dengan sidik jari molekuler KR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman Bratawali merupakan tanaman utama pada ramuan jamu untuk penyakit diabetes berdasarkan jumlah kandungan senyawa yang dominan mirip dengan senyawa sintetik yaitu senyawa&nbsp;<em>N-trans-feruloyltyramine&nbsp;</em>(B015) dan&nbsp;<em>N-formylanonaine&nbsp;</em>(B018). Selanjutnya, Senyawa-senyawa yang memiliki nilai kemiripan tinggi dengan senyawa sintetik diperoleh pula pada senyawa&nbsp;<em>karaviloside I&nbsp;</em>(P195) dari tanaman pare, senyawa&nbsp;<em>xanthoxylin&nbsp;</em>(S002) dari tanaman sembung, senyawa borneol (J207) dan (-)- isoborneol (J226) dari tanaman Jahe.</p> 2016-12-30T00:00:00+07:00 Copyright (c) https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jamu/article/view/30638 Potensi Antibakteri Ekstrak Daun Lasianthus Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa 2020-05-05T04:27:44+07:00 R. Subekti Purwantoro jurnaljamuindonesia@gmail.com Hartutiningsih-M. Siregar hartutiningsih@yahoo.co.id Sudarmono Sudarmono jurnaljamuindonesia@gmail.com Andria Agusta jurnaljamuindonesia@apps.ipb.ac.id <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat antibiotik dari ekstrak tumbuhan&nbsp;<em>Lasianthus</em>&nbsp;terhadap aktivitas bakteri&nbsp;<em>Pseudomonas aeruginosa</em>&nbsp;secara in-vitro. Ekstrak yang diuji adalah daun&nbsp;<em>Lasianthus laevigatus</em>,&nbsp;<em>L. furcatus</em>, dan&nbsp;<em>L. obscurus</em>. Ekstraksi tumbuhan dilakukan secara maserasi bertingkat dengan menggunakan ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol. Potensi eskstrak sebagai antibakteri diuji melalui penghambatan aktivitas bakteri&nbsp;<em>P</em><em>. aeruginosa</em>&nbsp;dengan menggunakan metode kertas cakram pada media agar Mueller-Hinton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol pada daun&nbsp;<em>L. furcatus&nbsp;</em>memperlihatkan daya hambat tertinggi dengan zona hambat 12 mm (konsentrasi 50 μg), 19.5 mm (konsentrasi 100 μg), dan 20 mm (konsentrasi 200 μg), diikuti oleh&nbsp;<em>L. obscurus&nbsp;</em>dengan zona hambat 11 mm (konsentrasi 50 μg), 13 mm (konsentrasi 100 μg), dan 18.5 mm (konsentrasi 200 μg), sedangkan penggunaan ekstrak n-heksana dan etil asetat daya hambatnya rendah di bawah 10 mm, terkecuali ekstrak n-heksana pada daun&nbsp;<em>L. obscurus&nbsp;</em>daya hambat tinggi dengan zona hambat 11 mm (konsentrasi 50 μg).</p> 2016-12-30T00:00:00+07:00 Copyright (c) https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jamu/article/view/30639 Sineol dalam Minyak Kayu Putih sebagai Pelangsing Aromaterapi 2020-05-05T04:27:44+07:00 Irmanida Batubara ime@apps.ipb.ac.id Irma Herawati Suparto irma.suparto@gmail.com Fiqa Annisa Rakhmatika jurnaljamuindonesia@apps.ipb.ac.id <p>Cajuput is one of plants containing essential oil with cineole as a major component. This aim of study is to separate cineole in cajuput oil and to analyze its potency as slimming aromatherapy through&nbsp;<em>in vivo assay</em>. The essential oil was fractionated by column chromatography resulting 23 fraction (F1-F23). Cajuput oil, cineole, and F9 were analyzed by gas chromatograph-mass spectrometer, and the slimming aromatherapy potency was studied on white adult male&nbsp;<em>Sprague-Dawley</em>&nbsp;rats. Inhalation result of cineole showed that the average body weight of rats after 5 weeks treatment period was lower than that of the normal and the control groups which consumed high cholesterol feed. In conclusion, cineole is a compound that is potential in slimming aromatherapy.</p> 2016-12-30T00:00:00+07:00 Copyright (c) https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jamu/article/view/30640 Penguraian Mekanisme Kerja Jamu Berdasarkan Jejaring Bahan Aktif-Protein Target-Gene Ontology 2020-05-05T02:44:23+07:00 Vitri Aprilla Handayani vitriaprilla10@gmail.com Farit Mochamad Afendi fmafendi@gmail.com Wisnu Ananta Kusuma ananta@apps.ipb.ac.id <p>Jamu merupakan obat tradisional Indonesia. Pada dasarnya obat herbal yang dibuat dari bahan-bahan alami yang diambil dari beberapa bagian dari tanaman obat yang mengandung beberapa zat dan senyawa yang penting dan bermanfaat bagi tubuh. Sejauh ini, khasiat untuk beberapa jenis jamu secara empiris telah terbukti. Dalam peneitian ini, kami bermaksud untuk menguraikan mekanisme kerja jamu menggunakan pendekatan komputasi. Penelitian ini berfokus pada ramuan jamu type 2 diabetesyang terdiri dari empat tanaman, yaitu: jahe, bratawali, sembung, dan pare. Kerangka analisis awal dengan membentuk 3 komponen jejaring yang terdiri dari: (1) bahan aktif tanaman (diperoleh dari Knapsack: 58 senyawa aktif), (2) protein target (diperoeh dari database pubchem: 416 protein target), dan (3) <em>gene ontoogy</em>(diperoeh dari database DAVID: 3104 GO). Selanjutnya, kami menerapkan analisis klaster-klasterdengan menggunakan konsep graf&nbsp;<em>tri-partite</em>. Graf tri-partite digunakan untuk mengelompokkan komponen-komponen penyusun jejaring dari empat tanaman yang disebutkandiatas, sehingga diperoleh system bagian-bagian penyusun ramuan jamu. Hal ini dilakukan untuk mengungkapkan mekanisme kerja jamu. Menggunakan metode&nbsp;<em>fuzzy clustering</em>&nbsp;pada data jejaring, kami memperoleh 15 senyawa aktif yang diduga potensial sebagai antidiabetes berada dalam kelompok berbeda. Pada 15 senyawa aktif memiliki nilai peluang cukup tinggi terbagi dalam kelompok yang berbeda, setiap kelompok terdiri dari pasangan bahan aktif yang memiliki efek sinergis tinggi. Berdasarkan koneksi antara klaster-klasterprotein dan GO-BP, penelitianini memperoleh informasi protein-protein yang menyebabkan T2D dan mekanisme proses biologis yang terkait. T2D bukan hanya disebabkan oleh protein kelainan sekresi insulin (insulin-merendahkan enzim isoform 1) saja, tetapi juga disebabkan oleh protein lain yang terlibat dalam penghambatan insulin di pankreas.</p> 2016-12-30T00:00:00+07:00 Copyright (c) https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jamu/article/view/30641 Growth and Yield Response of Rodent Tuber (Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume) under Different Light Intensities and Concentrations of Paclobutrazol 2020-05-05T04:27:44+07:00 Noorwitri Utami noorwitri.utami@bppt.go.id Lukita Devy jurnaljamuindonesia@gmail.com Arief Arianto jurnaljamuindonesia@apps.ipb.ac.id <p>Rodent tuber (<em>Typhonium flagelliforme</em>&nbsp;(Lodd) Blume) is one of the medicinal plants used for anticancer treatment, but the information on the cultivation of the plant is limited. The objectives of this research was to study the effect of light intensity and concentration level of paclobutrazol on growth and yield of rodent tuber. This research was conducted at Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Indonesia. This experiment arranged in a split plot design with three replications. The main plot is light intensity (35, 55, and 100%). The sub plot is concentration level of paclobutrazol (0, 50, 100, and 150 ppm). Paclobutrazol applied as soil drench at one month after planting. In each application 500 ml solution was used. Variables observed consisted of plant height, number of leaves, leaf length, leaf width, leaf and tuber fresh weight; and leaf and tuber dry weight. Data were analyzed using analysis of variance and Duncan Multiple Range test at 5%. The result showed that interaction between light intensity and paclobutrazol affected the whole observed variable. Dry weight of tuber under 35% light intensity was lower than those in other light intensity for all treatments of paclobutrazol. Full sunlight intensity showed better dry weight in all treatments of paclobutrazol. However the dry weight decreasing significantly at 150 ppm paclobutrazol, but still higher than those in 35% light intensity. Therefore, rodent tuber is better cultivated under full sunlight and 55% light intensity with 100 ppm paclobutrazol.</p> 2016-12-30T00:00:00+07:00 Copyright (c)