https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/bulpsp/issue/feed Buletin PSP 2019-02-19T14:42:33+07:00 Prihatin Ika Wahyunihgrum prieha@yahoo.com Open Journal Systems Buletin PSP merupakan jurnal ilmiah dengan jadwal penerbitan 3 kali dalam satu tahun. Jurnal ini menyebarkan informasi ilmiah kepada para peneliti, akademisi, praktisi dan pemerhati mengenai pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia yang meliputi berbagai aspek seperti teknologi eksploitasi dan eksplorasi, perkapalan dan navigasi, pelabuhan perikanan, tingkah laku ikan, peraturan dan perundangan serta kebijakan dan pengelolaan sumberdaya perikanan secara umum. Naskah yang dimuat dalam buletin ini berasal dari penelitian atau ulasan staf pengajar/akademisi dari berbagai universitas di Indonesia, lembaga pemerintahan dan pemerhati permasalahan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di Indonesia. https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/bulpsp/article/view/25273 KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERIKANAN PANCING TONDA DI PPP LABUHAN LOMBOK KABUPATEN LOMBOK TIMUR 2019-02-19T14:42:31+07:00 Soraya Gigentika sorayapsp43@yahoo.co.id Sugeng Hari Wisudo sorayapsp43@yahoo.co.id . Mustaruddin sorayapsp43@yahoo.co.id <p>Pancing tonda merupakan alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di PPP Labuhan Lombok. Usaha perikanan pancing tonda tersebut perlu dihitung kelayakan finan-sialnya untuk mengetahui keberlangsungannya di masa yang akan datang. Penelitian ini bertu-juan untuk mengetahui modal awal, biaya produksi, pendapatan serta kelayakan finansial dari usaha perikanan pancing tonda di PPP Labuhan Lombok. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis usaha dan analisis investasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa pancing tonda di PPP Labuhan Lombok dioperasikan dengan kapal kayu yang berukuran antara 12-18 GT. Jumlah nelayan dalam satu unit penangkapan pancing tonda tersebut adalah 4-6 orang. Nelayan mengoperasikan pancing tonda di sekitar rumpon. Modal awal yang dibutuhkan untuk usaha pancing tonda di PPP Labuhan Lombok adalah Rp 222.250.000. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk setiap trip penangkapan yaitu Rp 58.525.000 per tahun untuk biaya tetap dan Rp 114.889.500 per tahun untuk biaya tidak tetap. Adapun pendapatan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan dengan pancing tonda tersebut yaitu Rp 1.242.600.000 per tahun. Usaha perikanan pancing tonda di PPP Labuhan Lombok merupakan usaha perikanan tangkap yang layak untuk dilakukan hingga 10 tahun ke depan.</p> 2019-02-19T14:42:31+07:00 Copyright (c) 2019 Buletin PSP https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/bulpsp/article/view/25286 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NELAYAN MENJUAL HASIL TANGKAPAN DI LUAR TPI LAMPASING: SEBUAH TINJAUAN KEBIJAKAN 2019-02-19T14:42:31+07:00 Retno Muninggar rmuninggar.ipb@gmail.com . Dinarwan rmuninggar.ipb@gmail.com Cici Anggara rmuninggar.ipb@gmail.com <p> Aktivitas pelelangan ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampasing dilaksanakan secara resmi oleh pihak pelabuhan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sesuai dengan Perda Provinsi Lampung No. 03 Tahun 2001. Namun faktanya, masih ada sebagian nelayan yang menjual hasil tangkapannya di luar TPI tanpa sistem lelang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh pada nelayan purse seine dan payang yang menjual hasil tangkapan di luar TPI serta melakukan analisis kebijakan pemasaran ikan melalui sistem lelang. Faktor berpengaruh dihitung dengan metode Multi Criteria Analysis (MCA) sedangkan analisis kebijakan dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh adalah kriteria harga ikan dengan nilai faktor sebesar 19,59, kemudian faktor yang berpengaruh paling rendah adalah penegakan kebijakan dengan nilai faktor 1. Dilihat dari sisi kebijakan, pengelolaan pelelangan ikan harus segera diperbaiki melalui teknik pelelangan ikan yang maju seperti yang diterapkan di negara-negara Uni Eropa.</p> 2019-02-19T14:42:31+07:00 Copyright (c) 2019 Buletin PSP https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/bulpsp/article/view/25287 MUTU DAN PERDAGANGAN IKAN TUNA HASIL TANGKAPAN LONGLINE YANG DIDARATKAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 2019-02-19T14:42:31+07:00 Fajar Sidik C44090004@gmail.com Tri Wiji Nurani C44090004@gmail.com Sugeng Hari Wisudo C44090004@gmail.com <p>Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber suplai tuna di PPS Nizam Zachman Jakarta, terkait dengan harga, mutu, jumlah dan daerah asalnya, dan sistem perdagangan komoditi tuna di PPS Nizam Zachman Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, dan data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui pengumpulan tally sheet hasil pembongkaran kapal tuna longline dengan teknik sampling dan observasi terhadap proses pembongkaran tuna longline di pelabuhan. Pelabuhan perikanan yang biasanya mengirimkan tuna ke PPSNJZ adalah PPS Benoa Bali, PPN Palabuhanratu, dan PPS Cilacap. Mutu tuna segar yang di ekspor memiliki grade AAA, AAF, AF, AA, A+ dan A, sedangkan tuna lokal memiliki grade B+, B, B-, Reject/C, Oba/D. Berdasarkan uji statistik, hubungan jumlah dan mutu terhadap harga dapat dikatakan sangat kuat dengan pengaruh sebesar 73,8% dan memiliki nilai Sig F Change= 0,00. Artinya bahwa pengaruh variabel independen (jumlah dan mutu) sangat signifikan terhadap variabel dependen (harga) karena nilainya pada kisaran 0-0,05 (selang besarnya pengaruh).</p> 2019-02-19T14:42:31+07:00 Copyright (c) 2019 Buletin PSP https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/bulpsp/article/view/25288 MODEL PEMILIHAN PELABUHAN PERIKANAN SEBAGAI TEMPAT PENDARATAN IKAN DI WILAYAH PESISIR SUKABUMI 2019-02-19T14:42:31+07:00 Ernani Lubis ernani_ipb@yahoo.com Retno Muninggar ernani_ipb@yahoo.com Haidir Ilyas ernani_ipb@yahoo.com <p>Wilayah Pesisir Sukabumi memiliki tujuh pelabuhan perikanan (PP), enam diantaranya adalah pangkalan pendaratan ikan (PPI) dan satu pelabuhan perikanan nusantara (PPN). Nelayan wilayah tersebut memiliki banyak alternatif untuk mendaratkan hasil tangkapannya ke salah satu PP. Penelitian bertujuan untuk mengetahui peubah-peubah dalam menentukan pilihan tempat pendaratan ikan, mengetahui kelaikan formulasi model yang dibuat di setiap PP serta menentukan perbandingan nilai proporsi pemilihan tempat pendaratan ikan di PP wilayah Pesisir Sukabumi dengan metode survei dan analisis model kualitatif logistik. Peubah-peubah yang digunakan dalam model ini adalah jarak pemukiman (JP), tingkat kesejahteraan nelayan (TKN), dan kenyamanan aktivitas pelabuhan (KAP). Ketiga peubah ini dianalisis menggunakan perangkat lunak MINITAB ver. 14. Hasil menunjukkan bahwa peubah jarak pemukiman (JP) berpengaruh terhadap pemilihan tempat pendaratan ikan di PPN Palabuhanratu, PPI Cisolok, dan PPI Cibangban. Peubah ukuran kapal tidak berpengaruh terhadap model logistik pendaratan ikan di seluruh PP yang ada. Peubah KAP berpengaruh di PPN Palabuhanratu, PPI Ujunggenteng, dan PPI Ciwaru. Model yang terbentuk sudah memenuhi kelaikan model dengan nilai P-value kurang dari 0,05 (P&lt;0,05) pada setiap PP. Proporsi pilihan terbesar sebagai tempat pendaratan ikan adalah di PPN Palabuhanratu (34%), diikuti PPI Cisolok (22%), PPI Ujunggenteng (14%), PPI Ciwaru (11%), PPI Cibangban (9%), PPI Loji (7%) dan PPI Minajaya (3%).</p> 2019-02-19T14:42:31+07:00 Copyright (c) 2019 Buletin PSP https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/bulpsp/article/view/25291 POLA OPERASI PENANGKAPAN IKAN NELAYAN CILAUTEUREUN DALAM MERESPON PERUBAHAN LINGKUNGAN DI SEKITARNYA 2019-02-19T14:42:32+07:00 . Irhamsyah irhamsyah.asmuni@rocketmail.com Noor Azizah irhamsyah.asmuni@rocketmail.com Hamidah Aulia irhamsyah.asmuni@rocketmail.com <p>Kegiatan penangkapan ikan skala kecil mempunyai ketidakpastian yang tinggi, sehingga sering dikategorikan sebagai usaha yang beresiko tinggi. Keberadaan ikan yang berubah sepanjang waktu, sementara teknologi dan modal usaha yang terbatas mengakibatkan nelayan skala kecil tidak mampu untuk melakukan penangkapan ikan pada daerah penangkapan yang sesuai. Mereka cenderung berburu pada area yang terbatas. Disisi lain kondisi sumberdaya ikan semakin berkurang sedangkan jumlah armada penangkapan ikan terus bertambah, menyebabkan nelayan semakin terpuruk dalam kemiskinan. Nelayan melakukan berbagai bentuk adaptasi sebagai respon atas perubahan hasil tangkapan yang tidak menentu yang berdampak terhadap penghasilan rumah tangga nelayan, sebagaimana penduduk miskin lainnya. Untuk mempelajari bagaimana nelayan melakukan adaptasi terhadap perubahan yang ada di sekitarnya, telah dilakukan penelitian di Cilauteureun, Garut Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pola-pola adaptasi/strategi nelayan dalam merespon perubahan sumberdaya ikan yang ada di sekelilingnya, dan mencoba untuk menerapkannya sebagai alternatif pemecahan masalah yang ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pola operasi nelayan berbeda, ditentukan oleh kepemilikan modal usaha dan keterampilan. Disisi lain, pola operasi penangkapan ikan juga berubah antar musim menyesuaikan kondisi alam dan kelimpahan sumberdaya ikan.</p> 2019-02-19T14:42:32+07:00 Copyright (c) 2019 Buletin PSP https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/bulpsp/article/view/25290 STRATEGI INDUSTRIALISASI PENANGKAPAN RAJUNGAN 2019-02-19T14:42:32+07:00 . Zarochman zarochmankusdi@yahoo.com Ari Prabawa zarochmankusdi@yahoo.com <p>Industrialisasi penangkapan rajungan merupakan kegiatan sistem produksi rajungan dari hulu hingga hilir yang mampu mempertahankan keberlanjutan penangkapan rajungan dengan jaminan kelestarian sumberdaya dan kualitas rajungan sehingga memberikan nilai tambah dan pendapatan. Strategi yang dirancang untuk industrialisasi usaha penangkapan rajungan didukungan atas tiga aspek pokok : (1) aspek pendataan produksi dan sumberdaya rajungan, (2) aspek penanganan hasil dan pemasaran dan, (3) aspek teknologi perikanan tangkap. Strategi Industrialisasi Penangkapan Rajungan merupakan usaha yang terukur dan terarah untuk memperbaiki perikanan rajungan sesuai ekolabelling internasional. Manajemen strategi berdasarkan aspek penangkapan, pendataan produksi dan sumberdaya, penanganan hasil dan pemasaran rajungan dirancang untuk mempertahankan keberlanjutan penangkapan rajungan dengan jaminan kelestarian sumberdaya dan kualitas rajungan sehingga memberikan nilai tambah dan pendapatan. Keterkaitan antara industrialisasi dan penangkapan rajungan yang ramah lingkungan sesuai ekolabelling internasional merupakan tujuan dari penulisan ini.</p> 2019-02-19T14:42:32+07:00 Copyright (c) 2019 Buletin PSP https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/bulpsp/article/view/25292 POLA OPERASI PENANGKAPAN IKAN NELAYAN CILAUTEUREUN DALAM MERESPON PERUBAHAN LINGKUNGAN DI SEKITARNYA 2019-02-19T14:42:32+07:00 Eko Sri Wiyono eko_ipb@yahoo.com Putri Dewi Jayanti eko_ipb@yahoo.com <p>Kegiatan penangkapan ikan skala kecil mempunyai ketidakpastian yang tinggi, sehingga sering dikategorikan sebagai usaha yang beresiko tinggi. Keberadaan ikan yang berubah sepanjang waktu, sementara teknologi dan modal usaha yang terbatas mengakibatkan nelayan skala kecil tidak mampu untuk melakukan penangkapan ikan pada daerah penangkapan yang sesuai. Mereka cenderung berburu pada area yang terbatas. Disisi lain kondisi sumberdaya ikan semakin berkurang sedangkan jumlah armada penangkapan ikan terus bertambah, menyebabkan nelayan semakin terpuruk dalam kemiskinan. Nelayan melakukan berbagai bentuk adaptasi sebagai respon atas perubahan hasil tangkapan yang tidak menentu yang berdampak terhadap penghasilan rumah tangga nelayan, sebagaimana penduduk miskin lainnya. Untuk mempelajari bagaimana nelayan melakukan adaptasi terhadap perubahan yang ada di sekitarnya, telah dilakukan penelitian di Cilauteureun, Garut Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pola-pola adaptasi/strategi nelayan dalam merespon perubahan sumberdaya ikan yang ada di sekelilingnya, dan mencoba untuk menerapkannya sebagai alternatif pemecahan masalah yang ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pola operasi nelayan berbeda, ditentukan oleh kepemilikan modal usaha dan keterampilan. Disisi lain, pola operasi penangkapan ikan juga berubah antar musim menyesuaikan kondisi alam dan kelimpahan sumberdaya ikan.</p> 2019-02-19T14:42:32+07:00 Copyright (c) 2019 Buletin PSP https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/bulpsp/article/view/25293 ALGORITMA INDEKS VEGETASI MANGROVE MENGGUNAKAN SATELIT LANDSAT ETM+ 2019-02-19T14:42:32+07:00 Risti Endriani Arhatin ristyend@yahoo.com Prihatin Ika Wahyuningrum ristyend@yahoo.com <p>Monitoring mangrove dengan metode konvensional sangat sulit dilakukan. Sistem penginderaan jauh merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi kendala dalam melakukan inventarisasi mangrove dengan cakupan areal yang luas. Tujuan penelitian ini melakukan validasi akurasi dari data Landsat-7 ETM+ dalam menduga kerapatan kanopi mangrove. Data spasial yang dipergunakan adalah citra Landsat ETM+ tanggal perekaman 21 Mei 2002 (path/row: 116/059). Data lapangan yang diperlukan adalah data kondisi fisik mangrove, pengamatan dilakukan pada beberapa lokasi yang berbeda, pada setiap lokasi dibuat transek. Setiap transek diplot dengan ukuran (30 × 30) meter2. Analisis data meliputi koreksi radiometrik dan koreksi geometrik, penajaman citra dan klasifikasi citra. Setelah itu dilakukan uji ketelitian separability transformasi divergency dan analisis komponen utama. Hasil analisis menunjukkan algoritma vegetasi indeks yang paling baik adalah Green Normalized Difference Vegetation Index (GNDVI). </p> 2019-02-19T14:42:32+07:00 Copyright (c) 2019 Buletin PSP https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/bulpsp/article/view/25294 PEMETAAN DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN IKAN DI PERAIRAN KALIMANTAN SELATAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI AKUSTIK 2019-02-19T14:42:32+07:00 Adi Purwandana fis_tli@yahoo.com Fis Purwangka fis_tli@yahoo.com . Fahmi fis_tli@yahoo.com <p>Perairan Kalimantan Selatan merupakan wilayah strategis yang berbatasan dengan perairan laut dalam, Selat Makassar dan laut Banda. Penelitian akustik perikanan dilakukan dengan menggunakan echosounder EK500 berfrekuensi 38 kHz pada bulan Nopember 2010. Hasil menunjukkan bahwa kelimpahan akustik perikanan yang direpresentasikan dengan nilai hambur rata-rata SA tertinggi berada di sebelah selatan Pulau Matasiri, dan menurun menuju perairan pesisir Kalimantan Selatan. Tingginya kelimpahan ikan di sebelah selatan Pulau Matasiri ini diduga berkaitan dengan lokasinya yang berbatasan dengan laut terbuka, dimana merupakan batas (front) pertemuan massa air Selat Makassar, Laut Jawa, serta Sungai Barito; dimana aliran massa air yang membawa nutrien tinggi di’segarkan dengan massa air laut dalam. Dugaan panjang ikan di perairan Kalimantan Selatan berada pada kisaran 3,9 hingga 18,6 cm atau berada dalam rentang kuat pantul (target strength) -60,0 hingga -46,5 dB. Presentase kehadiran ikan-ikan berukuran besar (&gt;-57,0 dB) terpantau berada di selatan Pulau Matasiri dan dekat muara Barito, sedangkan ikan berukuran kecil (&lt;-57,0 dB) berada di utara dan barat Pulau Matasiri. Diperoleh juga kesesuaian kelimpahan ikan dengan periodisasi pasang-surut.</p> 2019-02-19T14:42:32+07:00 Copyright (c) 2019 Buletin PSP https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/bulpsp/article/view/25295 SISTEM BAGI HASIL PADA USAHA PENANGKAPAN MADIDIHANG SKALA KECIL DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT 2019-02-19T14:42:33+07:00 Ruslan HS Tawari donbilloland@ymail.com Domu Simbolon donbilloland@ymail.com Ari Purbayanto donbilloland@ymail.com Am Azbas Taurusman donbilloland@ymail.com <p>Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengevaluasi sistem bagi hasil yang berlaku di Kabupaten Seram Bagian Barat berdasarkan aspek proporsional, berkeadilan, berkeuntungan, dan berkelanjutan; 2) mensimulasikan alternatif pola bagi hasil dengan mempertimbangkan kebutuhan minimum nelayan dan pemilik; serta 3) menentukan pola bagi hasil yang ideal bagi kedua belah pihak. Metode analisis yang digunakan adalah analisis profit, analisis upah minimum provinsi (UMP), analisis break event point (BEP), serta simulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) pola bagi hasil yang berlaku di lokasi studi belum memenuhi aspek bagi hasil yang proporsional, berkeadilan, berkeuntungan dan berkelanjutan 2) pendapatan nelayan berdasarkan pola bagi hasil yang berlaku masih berada di bawah UMP ideal, 3 )sistem bagi hasil yang ideal adalah dengan pola 52:48, dimana pemilik mendapatkan bagian 52 persen dan nelayan memperoleh 48 persen dari hasil tangkapan bersih.</p> 2019-02-19T14:42:33+07:00 Copyright (c) 2019 Buletin PSP